Pages

Ads 468x60px

Kamis, 19 November 2009

ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Oleh : Eva Ardinal

I. Pendahuluan
Belajar bahasa kedua, termasuk di dalamnya belajar bahasa asing, tidaklah sama dengan belajar bahasa ibu. William Francise Mackey dalam A.S. Broto mengungkapkan bahwa belajar bahasa kedua atau bahasa asing merupakan suatu kepandaian atau persoalan sendiri. Seseorang yang mempelajari bahasa kedua akan menghadapi kendala yang tercermin dari kesalahan-kesalahan, baik dalam aspek system bunyi, penggunaan kosakata atau struktur kalimat. Hal ini, antara lain disebabkan oleh karena latar belakang bahasa kedua (asing) yang dipelajari berbeda dengan latar belakang bahasa ibu yang telah di milikinya.
Sistem bahasa bahasa ibu (bahasa pertama) yang dikuasai seseorang berpotensi mempengaruhi bahasa target (bahasa kedua dan bahasa asing) yang dipelajarinya. Syamsuri dalam bukunya Analisa Bahasa menyatakan “ada kecenderungan bahwa unsur-unsur bahasa yang satu pindah ke bahasa yang lain.” Pendapat senada diungkapkan oleh Dulay, dkk dalam Abdul Chaer, “biasanya seorang pembelajar secara sadar atau tidak cenderung melakukan transfer unsur-unsur bahasa pertamanya ketika menggunakan bahasa kedua. Konteks ini dipertegas oleh Abdul Chaer “akibatnya, terjadilah yang disebut interferensi, alih kode, campur kode, atau juga kekhilafan.”
Demikian aktifitas pembelajaran bahasa berlangsung, yang dalam banyak hal tidak luput dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran bahasa tentunya harus disikapi dengan positif, karena sesungguhnya kesalahan adalah sumber inspirasi untuk menjadi benar.
Studi mengenai kesalahan dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu mendapatkan perhatian mendalam. Mengingat, melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, selanjutnya akan dapat digunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa terutama dalam pengajaran remedial.
II. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Secara sederhana, pemahaman tentang analisis kesalahan berbahasa dapat ditelusuri melalui makna ketiga kata tersebut.
Analisis diartikan sebagai pembahasan, penguraian, dan pengupasan. Yaitu, proses membahas dan mengurai, yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu sehingga memungkinkan dapat menemukan inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik. diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami.
Adapun kesalahan, yang dalam bahasa inggris dinyatakan dengan kata error diartikan sebagai penyimpangan. George, dalam bukunya berpendapat bahwa ...an error is an “unwanted form”, specifically, a form which a particular course designer or teacher does not want,…. yaitu bentuk yang tidak diinginkan, khususnya, bentuk yang tidak diinginkan oleh para perancang kursus dan para guru. Sementara itu, berbahasa diartikan sebagai aktifitas komunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam konteks analisis, kesalahan berbahasa dapat dimaknai dengan penyimpangan kaidah-kaidah kebahasaan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa.
Seorang guru dalam mengajarkan bahasa sering menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat para siswanya. Kesalahan-kesalahan itu dapat menyangkut keterampilan berbahasa seperti pada menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tetapi, dapat pula berhubungan dengan linguistik, seperti pada tata bunyi, tata bentuk kata, dan tata kalimat.
Usaha guru mencari sumber dan penyebab kesalahan. Misalnya, pada saat mengoreksi pekerjaan siswa, guru menemukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang telah ditemukan itu dikumpulkan kemudian diklasifikasikan, ditentukan sifat dan jenis kesalahannya, dan ditetapkan daerah kesalahannya. Kegiatan guru semacam inilah yang sesungguhnya merupakan aplikasi dari apa yang disebut dengan analisis kesalahan.
Dalam kaitannya dengan pengertian analisis kesalahan, Ellis, sebagaimana dikutip oleh Tarigan, memberi batasan bahwa yang dimaksud dengan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, meliputi: pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam data, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.
Kesalahan-kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Arab membuat kesalahan misalnya, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang digunakan si pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Arab. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi menyalahi struktur bahasa penutur asli, dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan.
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.

III. Bentuk-Bentuk kesalahan Berbahasa
Seperti telah disinggung pada halaman sebelumnya bahwa setiap pembelajar bahasa mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibu yang berpotensi menginterfensi ke dalam bahasa target yang sedang dipelajarinya. Berdasarkan kenyataan itu, maka dapat diduga bahwa mungkin susunan kalimat-kalimat bahasa target mereka, baik lisan maupun tulisan, ada juga yang merefleksikan kaidah-kaidah bahasa ibu dan bahasa daerah yang telah mereka kuasai. Di samping penyimpangan-penyimpangan yang merefleksikan unsur-unsur bahasa dasar peserta didik, besar dugaan akan terdapat pula penyimpangan-penyimpangan yang tidak merefleksikan unsur-unsur bahasa dasar peserta didik, tetapi merupakan penyimpangan yang terjadi oleh karena adanya saling pengaruh antar unsur di dalam bahasa sasaran itu sendiri.
Di samping kedua jenis penyimpangan struktur kebahasaan tersebut di atas, yang berturut-turut dapat dikategorikan sebagai kesalahan interlingual dan kesalahan intralingual, penyimpangan-penyimpangan struktur kebahasaan dapat pula dikategorikan menjadi penyimpangan yang mempengaruhi aspek komunikasi dan penyimpangan yang hanya mempengaruhi struktur kebahasaan saja tanpa mempengaruhi aspek komunikasi.
Hendrickson mengistilahkan dua bentuk kesalahan terakhir dengan istilah Kesalahan global (global errors) dan kesalahan local (local errors). Kesalahan global, yang biasa juga disebut kesalahan komunikatif, merupakan penyimpangan struktur kebahasaan yang menyebabkan penutur bahasa sasaran yang mahir salah mengolah-tafsirkan pesan lisan atau tertulis, atau menganggap pesan itu tidak dapat dipahami di dalam keseluruhan konteks kesalahan itu.
Senada dengan pendapat di atas, Marina Burt, dalam Mahmud Ismail Shini, juga mengungkapkan bahwa kesalahan global adalah penyimpangan struktur kalimat secara keseluruhan yang berpotensi menghambat komunikasi dan tidak sampainya pesan kepada mitra komunikasi. Atau dapat juga dikatakan, kesalahan global merupakan kesalahan struktur bahasa kedua/asing yang mempengaruhi makna atau maksud kalimat secara keseluruhan, sehingga mempengaruhi aspek komunikasi.
Adapun kesalahan lokal, yang lazim disebut kesalahan linguistik, merupakan penyimpangan struktur kebahasaan yang tampak aneh atau janggal, tetapi walaupun begitu sedikit atau sama sekali tidak menyebabkan penutur bahasa sasaran yang mahir tidak memahami makna yang terkandung di dalam suatu kalimat menurut kerangka konteksnya.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk kesalahan berbahasa itu, meliputi; kesalahan interlingual, kesalahan intralingual, kesalahan global, dan kesalahan lokal.

Kesalahan Interlingual
Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa. Misalnya, seorang pembelajar yang berbahasa ibu bahasa Jawa. Pada tahap awal pembelajarannya akan tampak masuknya unsur-unsur bahasa pertamanya, yaitu bahasa Jawa ke dalam bahasa kedua atau bahasa asing yang dipelajarinya. Artinya, ketika anak itu berbicara atau menulis dalam bahasa Indonesia atau Arab misalnya, akan terdapat unsur-unsur bahasa Jawa yang digunakan dalam tuturan atau tulisannya. Misalnya, pada saat berbicara, tampak dengan jelas masuknya unsur intonasi bahasa Jawa ketika pembelajar itu berbahasa Indonesia atau Arab. Bahkan mungkin juga tampak jelas masuknya unsur tata bentuk, tata kalimat, bahkan unsur leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa kedua (asing).
Hal itu bisa terjadi, karena sebelum sistem bahasa kedua dikuasai dengan baik oleh si pembelajar, hanya bahasa pertamalah yang ada dalam benaknya. Sistem yang sudah akrab itu lalu digunakan untuk membantu memperlancar proses komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sumber kesalahan berbahasa pembelajar dapat disebabkan oleh masuknya unsur-unsur bahasa ibu ke dalam bahasa target yang sedang dipelajarinya.
Beberapa contoh transfer dari bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Arab, bahasa bali dan Minang terhadap bahasa Arab, serta bahasa Batak terhadap bahasa Indonesia dan Inggris, berikut ini akan dapat memberikan gambaran tentang transfer interlingual tersebut.

1. Transfer dari Bahasa Jawa terhadap bahasa Arab dan bahasa Indonesia
Contoh 1 :
- الحمدلله رب العالمين
Orang jawa totok, akan melafalkan huruf “ha”, “ba”, dan “ain” dalam kalimat Arab di atas dengan bunyi “ka” untuk “ha”, bunyi antara “p” dan “b” untuk bunyi “ba”, serta “nga” untuk bunyi “ain”. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari, lisan mereka terbiasa akrab dengan bunyi ka, nga, dan bunyi antara p dan b.
Contoh 2 :
- Ayah pergi ke sawah mencari dhadhuk
Kata dhadhuk adalah kosakata bahasa Jawa yang ditransfer ke dalam bahasa Indonesia. Pembelajar yang berbahasa ibu Jawa mengalami kesulitan untuk menyebutkan kata itu dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia padanan yang cocok untuk kata itu tidak ada. Lazimnya kata itu harus dikatakan sebagai daun tebu yang sudah kering. Tidak ada padanan satu lawan satu kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia. Bandingkan, misalnya, kata pitik, manuk, dan sebagainya yang mempunyai padanan satu lawan satu dalam bahasa Indonesia, yakni ayam dan burung. Karena terdapat perbedaan antara kosakata bahasa Indonesia dengan kosakata bahasa Jawa tersebut, si pembelajar cenderung memindahkan begitu saja kosakata bahasa Jawa itu ke dalam tuturan bahasa Indonesianya. Muncullah juga kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia.

2. Transfer dari Bahasa Bali dan Minang terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Arab
Dalam ragam lisan, pembelajar dari Bali cenderung untuk mentransfer bunyi [th] Bali ke dalam bahasa yang sedang mereka pelajari. Misalnya dalam melafalkan kata-kata berikut :
Contoh 1 :
- Saya pastikan dia telah sampai di terminal tepat pada jam tujuh nanti
Pembelajar yang berbahasa ibu Bali akan lelafalkan kalimat yang mengandung huruh “t” di atas dengan bunyi pasthi untuk kata pastikan, thelah untuk kata telah, therminal untuk kata terminal, thepat untuk kata tepat, thujuh untuk kata tujuh, dan nanthi untuk kata nanti.
Demikian juga misalnya, ketika mereka melafalkan kata-kata Arab berikut:
- أختى تلميذة فى مدرسة الإبتدائية بتانجاب
Pembelajar yang berbahasa ibu Bali akan lelafalkan kalimat di atas dengan bunyi; ukhthi thilmizathun fi madrasathil ibthidaiyyathi bi Thanjab.
Contoh 2 :
- سأذهب انا الى المسجد
Pembelajar yang berbahasa ibu Minang, pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasanya akan cenderung melafalkan kata masjid dalam kalimat di atas dengan bunyi masaji’. Hal ini dikarenakan dalam bahasa minang kata masjid biasa dilafalkan dengan bunyi masaji’.

3. Transfer dari Bahasa Batak terhadap bahasa Indonesia dan Inggris
Transfer dari bahasa Batak sering terjadi dalam ragam lisan. Pembelajar yang berbahasa pertama bahasa Batak cenderung untuk melafalkan e lemah seperti pada /kera/ menjadi /e/ keras seperti pada kata /sate/. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila pembelajar yang berbahasa pertama bahasa Batak akan melafalkan kata-kata di bawah ini sebagai berikut.
Tenang, Perang, Pilek - The, Paste, Uiversity
Seharusnya huruf pada kata-kata tersebut di atas dilafalkan sebagai /e/ lemah. dan tidak sebagai /e/ keras.

Kesalahan Intralingual
Bentuk kesalahan berbahasa, disamping dapat dilacak dari sistem bahasa ibu (transfer interlingual) dapat juga dilacak dari sistem bahasa target yang dipelajari oleh pembelajar bahasa. Jika pembelajar itu belajar bahasa Arab, maka sumber kesalahan berbahasanya dapat dilacak dari sistem atau kaidah-kaidah dalam bahasa Arab itu sendiri. Kaidah itu dapat meliputi system tata bunyi (nadzam sauti), tata bahasa (nahwu dan shorof), kosa kata (mufrodat) dan tulis menulis (Imla’).
Berikut ini kami muat beberapa contoh kesalahan intralingual berdasarkan taksonomi kategori linguistic sesuai dengan formulasi yang dikemukakan oleh R. Politzer dan A. Ramirez dalam Dulay dkk, yang meliputi :
1. Penanggalan dan penambahan (النقص و الزيادة). Contoh :
- جَامِعَةُ إِنْدُوْنِيْسِيَا مَشْهُوْرٌ فِيْ إِنْدُوْنِيْسِيَ
Karena kata جامعة bentuknya mufrod dan jenisnya feminim, maka sifat yang tepat untuk kata tersebut adalah مشهورة.
- الأَمْطَارُ تَنْزِلُ كُلَّ يَوْمٍ فِيْ المَدِيْنَتِيْ
Seharusnya dalam kata "kotaku" menjadi مدينتي karena isim yang telah ditambah dhamir tidak bisa ditambahkan ال ta'rif.
- أَبِيْ التَّاجِرُ فِيْ السُّوْقِ
Posisi التاجر adalah sebagai khabar, maka tidak bisa ditambahkan ال ta'rif. Jadi kalimat seharusnya adalah أبي تاجر في السوق
2. Persesuaian (مطابقة). Contoh :
- الطُّلاَّبُ يَدْرُسُ اللُّغَةَ العَرَبِيَّةَ فِيْ الفَصْلِ
Kalimat tersebut adalah Jumlah Ismiyah, maka harus ada kesesuaian antara mubtada dan khabar, karena mubtada dalam kalimat ini adalah jama' maskulin maka khabarnya harus mengikutinya, jadi kalimat yang benar adalah الطلاب يدرسون ...
- هو طُلاَّبُ جَامِعَةِ جَاكَرْتَا الحُكُوْمِيَّةِ
Dia adalah kata ganti orang ketiga maskulin dan bentuknya mufrad, maka khabarnya yang tepat adalah طالب
3. Kesalahbentukan (حركة). Contoh :
- اِشْتَرَيْتُ قَلَمَانِ اثْنَانِ فِيْ السُّوْقِ
Interferensi yang terjadi pada kalimat tersebut adalah mengenai harakat kata, dalam bahasa Arab setiap objek haruslah manshub, dan dalam isim yang berbentuk musana, tanda manshubnya adalah ي. Maka, kalimat yang tepat adalah اشتريت قلمين اثنتين
4. Ketepatan pemilihan kosakata (فى اختيار الكلمة)
- ذهبت الى المدرسة مشيا على الرجل
Kata yang tepat untuk menyatakan berjalan kaki adalah:
- ذهبت الى المدرسة مشيا على الأقدام

IV. Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan merupakan suatu prosedur kerja yang memiliki langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tertentu inilah yang penulis maksudkan dengan metodologi analisis kesalahan. Corder, dalam bukunya Error Analisys, mengajukan tiga langkah dalam analisis kesalahan berbahasa, yaitu data collection (pengumpulan data), identivication and description (mengidentifikasi dan mendeskripsikan), Explanation (menjelaskan).
Dua linguis lain yang juga mengajukan langkah-langkah dalam analisis kesalahan adalah Gass Moreover dan Selinker, dengan beberapa penambahan yang meliputi: collecting data (Mengumpulkan data), identifying errors (mengidentifikasi kesalahan), classifying errors (klasifikasi kesalahan), quantifying errors (Mengukur kesalahan), analyzing source of error (menganalisis sumber kesalahan), dan remediating for errors (remedial untuk kesalahan).
Dari langkah-langkah yang diajukan oleh beberapa linguis di atas, dapat dipahami bahwa metodologi analisis kesalahan itu meliputi :
1. Mengumpulkan data berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar bahasa (siswa), misalnya berupa hasil ulangan, karangan, atau percakapan;
2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat;
3. Menyusun peringkat kesalahan, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya;
4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar;
5. Memprediksi atau meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan kesalahan;
6. Meremedi kesalahan, mengatasi kesalahan, memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.

V. Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa
Terkait dengan tujuan analisis kesalahan, Corder, menyatakan “Error analysis has two objects: one theoretical and another applied” bahwa analisis kesalahan itu memiliki dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis.
Senada dengan pendapat Corder, Tarigan, mengatakan bahwa tujuan analisis kesalahan itu bersifat aplikatif dan teoretis. Aplikatif mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbahasa siswa. Teoretis mengharapkan pemeroleh-an bahasa siswa yang pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.
Terlepas dari berbagai tujuan di atas. Menurut hemat penulis,bagi seorang guru, yang penting adalah bahwa melalui analisis kesalahan seorang guru dapat mengetahui jenis kesalahan yang dibuat pembelajar, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-kesalahan pembelajar, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri.

VI. Kesimpulan
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.
Analisis kesalahan berbahasa memiliki dua tujuan, yaitu aplikatif dan teoretis, yang dalam pelaksanaannya membutuhkan langkah-langkah sebagaimana terurai dalam pengertian analisis kesalahan itu sendiri. Antara lain: collecting data (جمع البيانات), identifying and describing errors (تحديد الأخطاء ووصفها), dan remediating for errors (تصويب الأخطاء وعلاجها)
Kesalahan berbahasa yang terjadi pada pembelajar bahasa secara umum dapat dikelompokkan dalam bentuk kesalahan interlingual (الأخطاء التطورية), kesalahan intralingual (الأخطاء داخل اللغة), kesalahan global (الأخطاء الكلى), dan kesalahan lokal(الأخطاء الجزءى).

DAFTAR KEPUSTAKAAN


Broto, A.S., Pengajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)

Chaer, Abdul, Psikolinguistik (kajian teoritik), (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

Corder, S. Pit, Error Analisys, (London: Oxford Univ. Press, 1974)

, Introducing Applied Linguistics, (London: Oxford University Press, 1974)

Dulay, Heidi, Marina K. Burt dan Stephen Krashen, Language Two, (New York: Oxford University Press, 1982)

Gass Moreover dan Selinker. Discourse Analysis for Language Teachers, (New York : Cambridge University Press, 1991)

George, H. V., Common Errors in Language Learning ; Insight From English. (Massachusetts : Newbury House Publisher, 1972)

Hendrickson, James, Error Analysis and Error Correction in Language Teaching, (Singapura: RELC, 1979)

Mahmud Ismail Shiniy, Ishak Muhammad al-Amin, al-Taqabul al-Lughawiy wa Tahlil al-Akhta’, (Riyadh: Imadah Suuni al-Maktabat-Jamiah al-Malik Saud, 1982)

O’Grady, et.al., Contemporary Linguistics : An Introduction, (New York: St. Martin’s Press, 1989)

Pius A Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arkola, 1994)

Syamsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: PN. Erlangga, 1989)

Tarigan, Henri Guntur, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1988)

Zulhannan, Paradigma Baru Pembelajaran Bahasa Arab (Kajian Teoritis dan Praktis), (Bandar Lampung: an-Nur Press, 2004)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates